BAGAIMANA CARA MENASEHATI ORANG YANG TIDAK MAU DINASEHATI?

Sunday, 21 April 2024
Written by Admin Akademi Psikoterapi
Expertise by Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog

Anna, seorang manajer HR yang berusaha menasehati salah satu karyawan tentang pentingnya ketepatan waktu. Karyawan ini sering terlambat dan telah beberapa kali diberi peringatan. Anna mencoba berbagai pendekatan, dari yang lembut sampai yang lebih tegas, namun tidak ada yang berhasil. Situasi ini membuat Anna frustasi karena dia merasa karyawan tersebut tidak hanya mengabaikan nasihatnya, tetapi juga tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan perilaku.

Budi, seorang ayah yang mencoba memberi nasihat kepada anak remajanya tentang pentingnya belajar untuk ujian yang akan datang. Anaknya lebih tertarik bermain video game dan menghabiskan waktu bersama teman-temannya daripada belajar. Budi telah mencoba menjelaskan konsekuensi jangka panjang dari tidak belajar dengan baik, tetapi nampaknya nasihat-nasihat tersebut tidak begitu berdampak pada sikap anaknya. Ini adalah contoh klasik di mana saran orang tua terhadap anak remaja sering kali dipersepsikan sebagai omelan belaka.

Menasehati seseorang yang tampaknya tidak mau dinasehati memang bisa menjadi tantangan tersendiri. Hal ini sering terjadi dalam berbagai konteks, baik dalam lingkungan keluarga, pertemanan, maupun di tempat kerja. Langkah pertama dalam menghadapinya adalah dengan memahami bahwa setiap orang memiliki latar belakang dan alasan tersendiri mengapa mereka mungkin bertahan pada pendirian mereka. Pendekatan yang sabar dan penuh empati sering kali menjadi kunci utama.

Pendekatan empatik memungkinkan kita untuk lebih dulu mendengarkan dan berusaha memahami sudut pandang orang tersebut. Bukan berarti kita harus setuju dengan pandangan mereka, tetapi mendengarkan dengan aktif dapat membuka jalan bagi dialog yang lebih produktif. Ini membantu dalam membangun rasa percaya dan menghilangkan asumsi bahwa tujuan kita adalah untuk mengubah mereka secara paksa.

Setelah membangun koneksi emosional, sangat penting untuk bertanya, bukan memberitahu. Mengajukan pertanyaan terbuka yang mendorong refleksi diri bisa jauh lebih efektif daripada sekedar menyampaikan nasihat. Pertanyaan seperti, “Bagaimana perasaan Anda tentang situasi ini?” atau “Apa yang Anda harapkan akan terjadi?” bisa membantu orang tersebut mempertimbangkan situasi dari perspektif baru.

Selanjutnya, menggunakan 'I-statements' atau pernyataan yang berfokus pada perasaan kita sendiri ketika berbicara juga penting. Ini menghindari penyalahan dan memungkinkan orang lain untuk mendengar perasaan dan pemikiran kita tanpa merasa diserang. Contohnya, “Saya merasa khawatir melihat Anda dalam situasi ini,” daripada “Anda tidak pernah mendengarkan saran saya.”

Penting juga untuk mengakui dan menghormati batasan orang lain. Terkadang, semakin kita mendorong, semakin besar pula resistensi yang kita hadapi. Menghargai ketika seseorang tidak siap untuk berubah atau mendiskusikan suatu masalah bisa membantu menjaga hubungan tanpa memperburuk kondisi yang ada.

Mendorong keterlibatan aktif orang tersebut dalam pencarian solusi adalah strategi lainnya. Ketika seseorang merasa memiliki kendali atas keputusannya, mereka lebih cenderung terbuka terhadap perubahan. Berdialog untuk mengeksplorasi berbagai opsi bersama-sama dapat lebih menarik daripada sekadar memberikan solusi.

Jika situasi memungkinkan, memberikan contoh atau berbagi pengalaman pribadi yang relevan bisa sangat berguna. Cerita-cerita ini bisa lebih relatable dan meyakinkan daripada nasihat yang terasa abstrak atau teoritis. Seseorang mungkin lebih mudah terhubung dengan realitas praktis dari sebuah cerita.

Kadang, penting juga untuk memperhatikan waktu. Memberikan nasihat ketika seseorang sedang dalam mood yang buruk atau sangat stres mungkin tidak akan efektif. Mengidentifikasi saat yang tepat, ketika orang tersebut lebih terbuka dan tenang, bisa membuat perbedaan besar dalam menerima saran yang kita berikan.

Selain itu, penting untuk sadari bahwa kita tidak selalu dapat mengubah orang lain, dan seringkali, bertugas untuk menyadarkan bukan berarti harus menyelesaikan masalah mereka. Terkadang, peran kita hanyalah sebagai pendukung dalam perjalanan mereka menemukan jalan keluar sendiri.

Terakhir, mengingat bahwa dampak nasihat kita mungkin tidak langsung terlihat. Perubahan sering kali membutuhkan waktu, dan orang mungkin membutuhkan waktu untuk merenungkan tentang nasihat sebelum akhirnya mengambil tindakan. Bersabar dan terus menawarkan dukungan adalah bagian penting dari proses menasehati.

Semoga bermanfaat,



Regard,
Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog

Artikel Terkait

Selalu ada artikel menarik di Akademi Psikoterapi untuk anda