PERASAAN TIDAK MAMPU MASA KECIL YANG MENGHAMBAT MASA DEWASA

Monday, 11 March 2024
Written by Admin Akademi Psikoterapi
Expertise by Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog

“Mas aku mau dong di terapi, biar aku berani menyetir lagi”

“Memangnya kenapa Mbk?”

“Aku kalau belajar nyetir keluar perasaan cemas Mas. Dan kalau dipaksa jadi gak bisa gerak di jalan. Takut nabrak”

Mbak Nani, begitu saya memanggilnya adalah rekan saya yang ada salah satu kota di pulau di Sulawesi dimana saya mendapat tugas menjadi volunteer bencana gempa. Mbak Nani mengalami kecemasan ketika ia belajar mobil. Sebenarnya keinginannya untuk bisa menyetir sangat tinggi, akan tetapi sayangnya saat ia memegang setir mobil perasaan cemas mulai melanda. Dan ketika ia merasa cemas, maka performa belajar menyetirnya menjadi sangat buruk, hingga beberapa kali tersendat-sendat. Terlebih jika sudah berpapasan dengan mobil lain badannya tiba-tiba kaku.

Dalam keadaan seperti itu, Mbk Nani sangat marah jika suaminya menasehati bagaimana cara menyetir yang benar. Ia tidak tahu kenapa emosi itu tiba-tiba muncul, yang jelas ia merasa bahwa hal tersebut sangat mengganggu.

Saya cek perasaan tidak nyaman tersebut dengan ia membayangkan menyetir mobil, perasaannya menunjukan angka 10 dari skala 10, berarti ini sudah ada di puncak rasa tidak nyamannya. Ia menginginkan perasaan ini bisa di kendalikan, lebih bagus lagi kalau bisa hilang sama sekali. Saya tidak bisa menjanjikan tentang hasil, saya hanya bisa menjanjikan bahwa saya akan membantu semampu saya.

Saya minta ia memejamkan mata, menarik nafas dan mengehembuskan nafas secara perlahan. Kemudian saya minta ia membayangkan berada di tempat kedamaiannya sendiri dan saya pasang jangkar rileksasi jika sewaktu-waktu dibutuhkan saat ia mengalami abreaksi.

Setelah jangkar terpasang saya minta ia untuk membayangkan peristiwa yang paling ia ingat saat ia “membeku”, saya tanya apa yang dirasakan, ia menjawab takut. Saya minta ia fokus pada perasaan tersebut dan memintanya untuk mengikuti aliran perasaan itu hingga ke garis waktu sebelumnya.

Pada beberapa detik berikutnya ternyata ia memunculkan respon yang cukup mengejutkan. Ia menangis sejadi-jadinya dan berteriak kencang. Saya pun bertanya, apa yang terjadi. Ia menjawab :

“ Mama selalu saja bilang aku gak mampu. Selalu saja bilang aku salah. Aku sakit hati Ma..”

Ternyata Mbak mengalami regresi tipe Refivivikasi ke usia 7 tahun. Mbak Nani kembali pada ingatan masa kecil saat ia sering disalahkan oleh Mamanya. Entah kenapa sebabnya, tapi yang jelas ia sering menjadi sasaran kemarahan mama. Ia sering di banding-bandingkan dengan kakak-kakaknya yang lain, bahwa kakaknya lebih pandai, lebih hebat dan sebagainya. Nani kecil merasa sakit hati dan sangat sensitive dengan kritikan.

Meski tidak suka di kritik, tapi ia tidak bisa melakukan apapun. Ia hanya bisa “membeku” saat di marahi oleh mamanya.

Sensitifitas terhadap kritik inilah yang membuat Mbak Nani “membeku” saat menyetir mobil. Sebenarnya suaminya adalah seorang yang sabar dan tidak begitu banyak mengkritik caranya menyetir. Akan tetapi karena ia menghindari terlalu sensitive terhadap kritikan, bahkan kritikan dari dirinya sendiri, maka saat ia rasa dirinya membuat kesalahan maka ia juga akhirnya “membeku”.

Setelah menemukan akar masalah ini saya membantu Mbk Nani untuk melakukan “PELEPASAN” emosi yang ditahannya lama ini. Prosesnya cukup dramatis hingga akhirnya emosi takut dan cemas tersebut berhasil di lepas. Pengecekan melalui future pacing menunjukan skala 1, ini cukup bagus mengingat sebelumnya adalah 10. Dari sisa perasaan ini sebenarnya masih bisa dituntaskan dengan teknik lanjutan seperti EFT maupun object imagery, tapi karena waktunya tidak mencukupi maka kami cukupkan prosesnya sampai disitu.

Beberapa minggu kemudian saya mendapat pesan dari Mbak Nani, bahwa ia sudah membuat SIM dan sudah mengalami progress yang bagus.

Semudah itukah melakukan Hipnoterapi?



Regard,
Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog

Artikel Terkait

Selalu ada artikel menarik di Akademi Psikoterapi untuk anda