HIPNOTERAPI UNTUK MENDOBRAK MENTAL BLOCK UNTUK ATLET

Monday, 11 March 2024
Written by Admin Akademi Psikoterapi
Expertise by Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog

Hipnoterapi sebagai salah satu pendekatan psikologi ternyata tidak hanya bisa digunakan untuk mengatasi gangguan psikologi klinis saja, akan tetapi juga untuk berbagai permasalahan lainnya, seperti motivasi dan pencapaian prestasi.

Pada suatu hari seorang rekan mereferensikan kliennya kepada saya untuk dilakukan hipnoterapi. Rekan saya ini merasa bahwa mungkin hipnoterapi adalah pendekatan yang tepat untuk kasus yang ditanganinya.

Rafi seorang atlit sepatu roda (16 tahun) di bawa ke psikolog oleh orangtuanya karena mengalami penurunan prestasi beberapa waktu belakangan. Sebelumnya ia selalu masuk 3 besar saat bertanding, akan tetapi selama beberapa pertandingan belakangan ia tidak pernah mendapat piala lagi.

Belakangan Rafi terlihat murung dan begitu juga dengan semangat belajarnya, semakin menurun. Ia juga merasa tidak semangat untuk latihan sepatu roda lagi. Setiap latihan ia selalu murung bahkan menangis jika coach nya memberi saran tentang teknik yang harus ia perbaiki. Hal ini menjadi kontradiktif karena sebenarnya Rafi bukannya ia tidak mau memperbaiki tekniknya, bahkan ia sangat menginginkan menjadi juara lagi.

Perubahan suasana hati ini dimulai saat Rafi pindah dari Jakarta ke Surabaya. Setelah perpindahan itu, sudah 7 kali pertandingan dalam 5 bulan Rafi selalu mendapat urutan bawah, padahal sebelumnya ia selalu juara. Sehingga wajar ia semakin sedih dengan keadaannya.

Saya merasa disinilah saya perlu menggali lebih dalam penyebab kondisi psikologis Rafi. Melalui wawancara terungkap bahwa ternyata Rafi mengalami kesulitan beradaptasi dengan lingkungan barunya. Gaya bicara orang Surabaya yang memiliki nada tinggi dan cenderung berterus terang membuat Rafi merasa terlalu banyak di kritik, padahal bahasa dan nada bicara seperti itu sangat wajar di gunakan di Surabaya.

Rafi memang sensitif terhadap kritik. Saya menggali pola asuhnya ternyata dari pihak Ibu sering menuntut Rafi selalu sempurna dalam semua hal. Menariknya, hal ini ternyata tidak disadari Ibunya, hingga ibu Rafi menjawab sendiri semua pertanyaan yang saya ajukan mengenai bagaimana ia menerapkan pola asuh kepada Rafi.

“Oh jadi selama ini saya terlalu keras ya sama Rafi. Saya baru sadar lho Pak”

Okey deal! saya sudah menemukan latar belakang Rafi dan juga pencetus Rafi menjadi sulit mencapai prestasinya. Lalu prosedur Hipnoterapi saya rancang untuk besok harinya.

Rafi menjadi tidak maksimal dalam performanya karena dia mengalami “Hyper-Intention”, suatu kondisi yang mana keinginan untuk mencapai sesuatu secara berlebihan, dalam hal ini Rafi ingin menang berlebihan. Biasanya atlit yang memiliki hyperintention ini akan sulit untuk menang, karena ia menjadi perfeksionis dan merasa takut jika melakukan kesalahan.

Nah ketika hal ini terjadi, maka fokusnya bukan pada mempercayakan pada hasil latihannya selama ini, akan tetapi malah kepada kekhawatiran yang pada akhirnya membuat pikiran bawah sadarnya tidak bekerja secara maksimal.

Mudahnya begini. Cara kerja otak kita itu ada dua. Pertama, dari atas ke bawah. Kedua, dari bawah keatas.

Atas adalah pikiran sadar (logika), bawah adalah pikiran bawah sadar (kebiasaan, skill, emosi).

Saat kita takut, maka ini cara kerja otak adalah dari bawah ke atas. Pikiran bawah sadar mengendalikan pikiran sadar. Emosi mengendalikan logika.

Pikiran logika dibajak oleh emosi, sehingga kita tidak bisa berpikir logis. Akan tetapi tiba-tiba anda teringat pesan pelatih anda bahwa anda harus mengendalikan ketakutan anda, maka mode cara kerja ini menjadi dari atas ke bawah. Pikiran sadar mengendalikan pikiran bawah sadar. Logika mengendalikan emosi.

Namun pada kasus yang lain, cara kerja otak dari bawah ke atas ini juga sangat bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan kita. Saat kita baru belajar mobil, maka kita sangat “kaku” bukan? Ada perasaan canggung, khawatir, tidak luwes dan semacamnya. Karena keterampilan menyetir mobil belum tertanam ke pikiran bawah sadar, maka kita lebih banyak menggunakan cara kerja otak dari atas ke bawah. Pikiran sadar mengendalikan pikiran bawah sadar.

Akan tetapi saat kita sudah memiliki jam terbang yang tinggi menyetir mobil, maka semuanya menjadi lebih mudah. Kita menyetir sambil berbincang-bincang atau makan rotipun tidak masalah. Kita bisa menyetir dengan sangat baik.

Hal ini karena keterampilan menyetir mobil sudah terinstal di pikiran bawah sadar. Mode kerja pikiran berubah, dari bawah ke atas. Pikiran bawah sadar yang mengendalikan pikiran sadar. Kita menyerahkan “kinerja menyetir mobil” pada pikiran bawah sadar, karena menyetir mobil sudah menjadi skill/habit yang cara kerja sudah otomatis.

Okey, kita kembali pada kasus Rafi. Yang terjadi pada Rafi adalah ia mulai meragukan dirinya sendiri. Ia meragukan hasil latihannya dan ketakutannya terhadap kekalahan. Ini artinya ia merubah mode kerja otaknya saat bertanding dari kerja bawah ke atas, menjadi dari atas ke bawah. Ini yang menyebabkan “hasil latihan” serta potensi bawah sadar rafi tidak bekerja maksimal. Ia menjadi ragu-ragu, canggung dan tidak “flow”, sehingga akhirnya performanya menjadi menurun.

Pada sesi Hipnoterapi, saya menggunakan regresi dan future pace untuk membawa Rafi mengalami “perasaan mampu” bermain sepatu roda dengan sangat baik. Ia mengingat peristiwa dimana ia sangat bagus dalam bermain sepatu rodanya dan dibawanya untuk peristiwa di masa depan, saat ia bertanding di kejuaraan nasional beberapa hari lagi. Ia belajar mempercayai kembali “hasil latihannya” dan mempercayai potensi bawah sadarnya secara penuh.

Setelah sangat fasih melakukan imagery ini, saya melatih Rafi untuk men-“jangkar” perasaan mampu ini dengan gerakan tertentu. Terakhir untuk mengubah kesan Rafi terhadap gaya Bahasa pelatih dan teman-temannya, saya menggunakan teknik komunikasi yang membingkai ulang (reframing) keyakinan Rafi.

Setelah Hipnoterapi selesai, saya sodorkan selembar kertas bertuliskan salah satu presuposisi NLP yang berbunyi seperti ini :

“Tidak ada kata gagal. Yang ada hanyalah feedback”

Saya menjelaskan :

“Jadi tidak perlu khawtir kalau gagal ya Rafi, karena semua orang boleh gagal. Yang tidak boleh adalah menyerah”. Kalimat ini saya ucapkan karena penyebab Rafi tegang adalah ketakutannya yang berlebih terhadap kesalahan yang menyebabkan ia gagal. Ia terlalu berlebihan mengkritik diri sendiri.

Wajahnya yang tadinya murung, keluar ruangan dengan mata berbinar-binar. Orangtua Rafi bertanya apa saja yang dilakukan selama terapi.

4 Hari kemudian Orangtua Rafi mengirimi saya foto Rafi di podium memegang piala. Ia juara dua. Beberapa kali pertandingan selanjutnya Rafi juga masuk di 3 besar, dan lagi-lagi saya dikabari.

**

Dari cerita ini saya ingin memberi kesimpulan bahwa Hipnoterapi bukanlah tentang kita memberikan sugesti yang ampuh kepada klien. Akan tetapi hipnoterapi adalah pendekatan bagaimana kita membantu klien untuk bisa mengendalikan potensinya dengan lebih baik lagi.

Hipnoterapi bukan Magic, tapi jika dilakukan dengan benar, Anda akan terkejut dengan hasilnya.



Regard,
Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog

Artikel Terkait

Selalu ada artikel menarik di Akademi Psikoterapi untuk anda