POLA ASUH YANG BERPOTENSI MENUMBUHKAN ANAK YANG RENTAN GANGGUAN MENTAL

Sunday, 28 July 2024
Written by Admin Akademi Psikoterapi
Expertise by Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog

Seorang anak bernama Rina tumbuh di keluarga yang tampak sempurna dari luar. Orang tuanya memberikan segala kebutuhan materi yang diperlukan, tetapi dalam hal emosi dan perhatian, mereka sering kali absen. Setiap kali Rina mendapatkan nilai bagus di sekolah, pujian singkat diberikan dengan catatan bahwa ia bisa lebih baik lagi. Namun, ketika nilai Rina menurun, kritik dan kekecewaan dengan mudah terlontar. Lingkungan ini membuat Rina tumbuh dengan perasaan bahwa kasih sayang dan penerimaan hanya datang dengan syarat.

Situasi ini menggambarkan pola asuh yang bisa berpotensi menumbuhkan anak yang rentan terhadap gangguan mental. Ketika anak-anak seperti Rina tidak merasakan dukungan emosional yang memadai, mereka dapat mengembangkan berbagai masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan rendahnya rasa percaya diri. Pola asuh yang cenderung kritis, kurang empati, dan menekankan pencapaian dapat menanamkan perasaan tidak berharga dan ketidakcukupan pada anak-anak.

Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan dengan pola asuh otoriter atau permisif, di mana tidak ada keseimbangan antara tuntutan dan dukungan emosional, cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan mental. Studi tentang pola asuh mengidentifikasi bahwa anak-anak dari orang tua dengan gaya otoriter, yang sering kali menggunakan kontrol ketat tanpa memberikan dukungan emosional, lebih cenderung mengalami masalah internalisasi seperti kecemasan dan depresi.

Penelitian dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa pola asuh yang tidak responsif dan tidak suportif berhubungan dengan peningkatan risiko gangguan mental pada anak-anak. Menurut laporan, sekitar 37% anak-anak yang tidak mendapatkan dukungan emosional yang memadai dari orang tua mereka, mengalami gejala kecemasan dan depresi. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang suportif dan hangat.

Pola asuh yang berfokus pada prestasi akademik dan kesuksesan material, tanpa mengindahkan kebutuhan emosional anak, juga dapat menyebabkan perasaan tekanan yang berlebihan. Anak-anak dapat merasa terjebak dalam harapan yang tidak realistis dan merasa bahwa mereka harus selalu berprestasi tinggi untuk mendapatkan penerimaan dan kasih sayang. Hal ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental mereka tetapi juga dapat menurunkan kualitas hubungan antara anak dan orang tua.

Selain itu, anak-anak yang tidak mendapatkan dukungan emosional yang cukup mungkin sulit untuk mengembangkan keterampilan koping yang sehat. Mereka mungkin tidak belajar bagaimana mengatasi stres dan kesulitan dengan cara yang konstruktif, sehingga lebih rentan terhadap penggunaan mekanisme koping yang tidak sehat, seperti penarikan diri atau perilaku adiktif. Tanpa bimbingan dan dukungan yang memadai, mereka mungkin merasa kesepian dan tidak dimengerti, yang dapat memperburuk kondisi mental mereka.

Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi orang tua untuk mengadopsi pola asuh yang lebih seimbang, di mana tuntutan yang realistis disertai dengan dukungan emosional yang kuat. Orang tua perlu mengakui prestasi anak tanpa terlalu menekankan pada kesempurnaan dan memberikan ruang bagi anak untuk belajar dari kesalahan tanpa rasa takut akan penolakan atau kritik yang berlebihan. Lingkungan rumah yang hangat dan suportif akan membantu anak-anak merasa aman dan dihargai, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesehatan mental mereka.

Pendidikan orang tua tentang pentingnya dukungan emosional juga sangat penting. Orang tua perlu memahami bahwa keberhasilan anak tidak hanya diukur dari prestasi akademik atau materi, tetapi juga dari kesejahteraan emosional dan psikologis mereka. Dengan demikian, mereka akan lebih mungkin untuk mendukung anak-anak mereka dengan cara yang positif dan konstruktif.

Pola asuh yang tidak seimbang dan tidak suportif dapat meningkatkan risiko gangguan mental pada anak-anak. Penting bagi orang tua untuk memberikan dukungan emosional yang cukup, mengenali dan menghargai usaha anak, serta mengajarkan keterampilan koping yang sehat. Dengan menciptakan lingkungan yang aman dan penuh kasih, orang tua dapat membantu anak-anak mereka tumbuh menjadi individu yang sehat secara emosional dan psikologis.



Regard,
Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog

Artikel Terkait

Selalu ada artikel menarik di Akademi Psikoterapi untuk anda