Monday, 11 March 2024
Written by Admin Akademi Psikoterapi
Expertise by Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog
Saya sering menjumpai beberapa orang yang mengalami keluhan fisik, tapi ternyata tidak ada sakit fisik secara nyata.
Orang-orang ini merasa sakit di lambungnya, merasa jantungnya bermasalah atau kepalanya sakit. Tapi setelah di periksa di laboratorium ternyata semuanya normal. Lucunya, orang-orang ini biasanya tidak puas dengan hasil lab dan diagnosa dokter.
Mereka bersikukuh berpendapat bahwa mereka sakit, sehingga saat dokter mengatakan baik-baik saja, mereka tidak percaya dan biasanya mencari dokter yang lain untuk membuktikan bahwa mereka memang benar-benar sakit.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan orang-orang ini?
Ya! Mereka mengalami psikosomatis alias sakit yang sebenarnya disebabkan oleh pikiran mereka sendiri.
Seseorang yang mengalami psikosomatis biasanya karena memikirkan suatu masalah yang tidak disadarinya sebagai masalah.
Seperti yang terjadi dengan Pak Budi yang mengalami psikosomatis karena merasa tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja yang baru. Ia selalu mengeluh dengan tugas dari kantor dan merasa bahwa tidak seharusnya ia mengembang tanggungjawab yang dibebankan padanya.
Ciri khas orang yang memiliki kepribadian seperti pak Budi ini biasanya dibesarkan oleh keluarga yang tidak memiliki kontrol tegas pada anaknya dan cenderung lebih banyak mentoleransi kesalahan serta cenderung mengkasihani anak berlebihan.
Pada saat dewasa, anak yang di didik dengan cara seperti ini biasanya sulit mandiri, menghindari beban berat dan terlalu mengkasihani diri sendiri. Ia tidak berfokus pada solusi, akan tetapi lebih berfokus pada penghindaran dan menyalahkan orang lain serta keadaan sebagai tamengnya.
Intinya ia tidak mau merasa susah.
Namun ternyata sebagai orang yang dewasa, yang memiliki tuntutan peran sebagai suami dan Ayah, menghindari tugas bukan pilihan yang bijak. Pak Budi tahu ia harus bekerja, akan tetapi ia juga merasa enggan untuk menerima tanggungjawab pekerjaan.
Keadaan ini membuatnya terjebak dalam pikiran yang berkecamuk. Merasa ada bahaya meskipun itu bukan bahaya yang nyata.
Nyata atau tidak, ternyata otak akan tetap merespon sama, yaitu BAHAYA. Ketika seseorang merasakan perasaan sedih, takut, marah, kecewa, khawatir dan emosi negatif lainnya, maka ini akan mengaktifkan poros HPA (Hipotalamus, pituitrai dan adrenal) yang kemudian memicu kortisol dan mode saraf simpatik.
Ketika saraf simpatik aktif, maka jantung akan berdetak kencang akibat dari berlebihnya hormon epinephrine dan nor epinephrine. Mekanisme ini juga pada akhirnya akan memengaruhi respon fisiologis yang lain, hingga akhirnya terjadilah ketidakseimbangan.
Jika ketidakseimbangan tubuh ini berlangsung lama, maka imunitas juga akan semakin menurun hingga bedampak pada penurunan kesehatan secara nyata.
Perasaan tidak nyaman karena ketidakseimbangan tubuh ini terasa cukup mengganggu bagi orang yang mengalaminya, akan tetapi biasanya orang disekitarnya, seperti pasangan maupun rekan kerjanya mengira bahwa perasaan yang dirasa orang ini adalah dibuat-buat.
Sebenarnya tidak demikian. Perasaan itu memang rasanya tidak enak betulan, tapi bukan karena penyakit melainkan dari psikis yang merasakan ada bahaya.
Saat seseorang sudah bertahun-tahun mengalami keadaan ini, maka untuk mengubahnya juga memerlukan usaha dan waktu. Ia perlu dilatih untuk secara mandiri mampu mengubah mode saraf simpatik ke para simpatik. Mudahnya adalah dengan melakukan rileksasi. Rileksasi bisa anda lakukan dengan banyak cara dengan menjalankan hobi seperti memancing, melukis, menyanyi, jalan-jalan di alam maupun rileksasi yang dilakukan secara sengaja, seperti meditasi dan self hypnosis.
Saya sering mengajari klien yang mengalami psikosomatis untuk menguasai rileksasinya sendiri dengan baik. Melalui cara tertentu saya bawa ia masuk kedalam rileksasi yang dalam lalu memasang jangkar disana. Gunanya adalah, ketika ia berada di mode cemas atau terlalu stress, ia cukup memicu jangkarnya dan dengan mudah bisa masuk dalam kondisi rileksasi.
Untuk belajar secara mandiri, anda bisa mendengarkan Audio Therapy yang saya buat di chanel youtube saya. Silahkan ketik "Danang Baskoro, Psikolog Hipnoterapi untuk meredakan stres".
Pertanyaan berikutnya adalah, "Apakah latihan rileksasi ini perlu?"
Saya berpendapat sangat perlu terlebih untuk orang yang sering mengalami psikosomatis.
Beberapa bulan yang lalu saya di telpon seorang yang akan menjalani pengangkatan cancer di bagian tubuhnya. Ia merasa cemas dan ingin mendapat penguatan dari saya. Saya cukup terkejut karena setahun sebelumnya orang ini datang ke saya untuk konsultasi. Ia konsultasi tentang perasaan cemasnya yang berlebihan untuk tidak makan gorengan atau makanan yang dirasanya akan membuatnya sakit.
Saya sempat menjalankan 2 kali sesi dengannya sebelum ia tidak datang lagi tanpa kabar.
Pada waktu itu seluruh pemeriksaan lab sangat bagus dan tidak ada masalah sama sekali. Dokter juga tidak mendiagnosa apapun. Itulah alasan mengapa saya terkejut ketika menjumpai ternyata ia akhirnya mendapatkan apa yang ia takutkan, yaitu cancer.
Memang untuk membuat perubahan pada sikap dan cara berpikir kita memerlukan waktu, niat dan usaha. Akan tetapi saya rasa hasilnya akan sepadan.
Semoga kita selalu sehat, baik psikis maupun fisik. Amin.
Regard,
Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog